KAEDAH MENGHAFAL AL-QUR'AN
kaidah menghafal Al-Qur'an
banyak banget yang nanya perihal, bagaimana sih memulai menghafalkan al-qur'an?
harus dari mana ya untuk memulainya? bagaimana tips dan trik menghafal agar istiqomah?
sebenarnya menghafal itu mudah sekali, tapi istiqomahnya itu yang sulit. iya kan?? hehe😅
oke, saya akan ceritakan sedikit pengalaman saya dan para hafidz/hafidzah yang ana kenali dalam perjuangan menghafalkan al-qur'an,
menghafalkan al-qur'an itu mudah, tapi istiqomahnya yang sulit, jadi setelah dikaji, untuk mengetahui tingkat kesungguhan kita dalam proses menghafalkan al-qur'an itu, coba aja kita latih diri ini untuk membaca al-qur'an dalam 1 minggu dan targetkan dalam 1 hari membaca 1 juz. membaca loh yaa, belum untuk menghafal.
lalu setelah istiqomah membaca al-qur'an dalam seminggu sehari 1 juz. barulah kita coba untuk menghafalkannya.
"tapi bagaimana jika kami tidak sedang dipondok? pasti sulit sekali membagi waktu untuk menghafal al-qur'an"
jika kamu tidak sedang mondok juga tetap bisa menghafalkan al-qur'an kok. asalkan niat lillahi ta'alaa insyaallah akan dipermudahkan.
sebelum mnghafalkan al-qur'an coba kamu pikirkan, untuk apa kamu menghafalkan al-qur'an ini?
untuk menambahkan cinta kepada allah swt kah? atau hal lain apapun itu, jangan lupa dibuat dikertas dan tempel di dinding kamarmu, agar tiap harinya termotivasi untuk menghafalkan al-qur,an. SEMANGAT PARA HAFIDZ/HAFIDZAH.
sesungguhnya mereka yang menghafalkan al-qur'an dan menjadikan al-quran itu sebagai teman mereka adalah orang orang yang terpilih dan derajatnya sangat tinggi dihadapan allah swt. allahuakbar!
oke langsung saja masuk ke materi, yaitu kaidah menghafalkan al-qur'an
Kaidah Ke-1
Keikhlasan Merupakan Rahasia Meraih Taufiq dari Allah dan Hati Yang Terbuka
Keikhlasan niat, jujur dalam menghadapkan diri kepada Allah SWT, tujuan yang baik dan menghafal karena Allah dan mencari ridho-Nya merupakan rahasia meraih taufiq (pertolongan) dalam perjalanan mencari ilmu. Allah SWT berfirman:
Katakanlah:
"Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.” (QS. Al-Zumar: 11).
Barangsiapa menghafal al-Quran agar dikatakan bahwa ia seorang hafiz atau agar ia dapat berbangga dengannya karena riya’ dan sum’ah , maka ia tidak akan mendapatkan pahala dan balasan, justru ia telah berdosa.
Nabi saw. bersabda: Ada tiga kelompok manusia yang pertama kali diadili pada hari kiamat, diantaranya adalah, dan orang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dia juga membaca al-Quran dan ia dapat menghafalnya, maka al-Quran tersebut mengenalkannya beberapa kenikmatan dan diapun merasakannya, lalu al-Quran bertanya: Apa yang kamu ketahui tentang kenikmatan tersebut ...? Ia menjawab: Dalam dirimu aku mempelajari ilmu dan akupun mengajarkannya disamping itu aku juga membaca al- Quran, al-Quran tersebut berkata: kamu berdusta, akan tetapi ia hanyalah ingin dikatakan sebagai seorang qari’, maka sesungguhnya julukan ini sudah disandangnnya, tak lama kemudian diperintahkan agar wajahnya diseret hingga ia terlempar ke neraka.
Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya. Ketika menghafal al-Quran karena mencari ridho Allah, seorang penuntut ilmu akan merasakan kebahagiaan besar yang mengalir keseluruh tubuhnya yang paling dalam yang tidak dapat dibandingkan dengan kebahagiaan di dunia ini. Ialah kebahagiaan yang dapat menundukkan setiap kesulitan yang ada di hadapannya.
Kaidah Ke-2
Menghafal di Waktu Kecil Bagaikan Mengukir di Atas Batu
Sesungguhnya hati anak kecil lebih jernih daripada hati orang dewasa karena minimnya kesulitan
dan kesibukan yang dihadapinya. Dan karena itulah, menggunakan kesempatan usia menghafal di waktu kecil dianggap sebagai faktor penting dalam memantapkan al-Quran terukir di dalam hati.
Disebutkan dalam sebuah hadis bahwa Nabi saw bersabda:
“Hafalan seorang anak kecil bagaikan mengukir di atas batu dan hafalan seseorang setelah dewasa bagaikan menulis di atas air.”
Sesungguhnya usia yang paling utama untuk menghafal biasanya dimulai sejak usia kelima tahun, bahkan dalam kondisi-kondisi tertentu beberapa anak kecil sudah mulai menghafal ketika usianya yang keempat tahun dan ternyata mereka berhasil. Sedangkan bagi anak yang usiany di bawah itu, maka sedapat mungkin difokuskan untuk mengenal huruf- huruf hijaiyah disertai dengan gambar-gambar. Bahkan jika huruf-huruf dan gambar-gambar tersebut besar bentuknya, maka hasilnyapun akan lebih memuaskan.
Di samping itu sedapat mungkin mendiktekan anak kecil pada usia ini dengan pendengarannya, karena ia dapat menghafal segala sesuatu yang didektekan kepadanya dengan syarat metode yang digunakan sesuai dengan otak dan usianya, seperti metode dengan menggunakan alat perekam yang diulang-ulang dan lain-lain.
Peringatan: jika kamu membaca diskusi ini, sedangkan kamu termasuk orang yang usianya telah melebihi batas yang dimaksud, maka janganlah sekali- kali kamu berkata (pada dirimu sendiri):
Kereta telah meninggalkanku , karena barangsiapa yang memiliki hasrat untuk menghafal dan cita-cita yang tinggi, maka pastilah ia akan menghafal seandainya ia meletakkan di hadapan kedua matanya tujuan bahwa ia harus menghafal dan sesungguhnya aku akan mengetahui bahwa saudara-saudaraku baru menghafal al-Quran secara lengkap setelah mereka menginjak usia empat puluh tahun.
Kaedah Ke-3
Memilih Waktu yang Tepat Dapat Membantu dalam Menghafal
Sesungguhnya memilih waktu merupakan hal penting dalam menghafal, seseorang sebaiknya tidak menghafal diwaktu sempit dan gelisah atau diwaktu anak-anak sedang ribut. Seharusnyalah ia mengambil waktu yang suasanya tampak tenang dan jiwa dalam keadaan senang dan tidak gelisah.
Disela-sela eksperimen telah ditetapkan bahwamwaktu yang paling baik dalam menghafal adalahmdiwaktu sahur dan waktu setelah subuh, karena ketikamitu otak sedang jernih dan badan terasa rileks.
Ibn Jama’ah berkata: Waktu yang paling baik untuk menghafal adalah waktu sahur, waktu yang paling baik untuk berdiskusi adalah pagi hari, waktu yang paling baik untuk menulis adalah pertengahan siang dan waktu yang paling baik untuk membaca dan mengingat-ingat adalah malam hari.
waktu terbaik |
Kaedah Ke-4
Memilih Tempat Menghafal
Sesungguhnya pemilihan tempat memiliki pengaruh dalam proses menghafal, karenanya lebih diutamakan agar tempat tersebut bukanlah tempat yang memiliki banyak pemandangan, ukiran, dan ornamen juga bukan tempat yang terdapat banyak kesibukan. Jika sebuah tempat dibatasi, tentunya dengan memperhatikan udaranya yang bersih dan sejuk, maka tempat itu lebih baik daripada tempat yang luas yang dipenuhi pepohonan dan kebun-kebun, karena mata ketika itu akan melihat ke sekelilingnya dengan sangat senangnya.
Al-Khatib al-Bahdadi berkata:
Ketahuilah sesungguhnya ada beberapa tempat yang sebaiknya selalu digunakan oleh orang yang sedang menghafal untuk menghafal dan tempat yang paling baik untuk menghafal adalah kamar yang bukan dilantai bagian bawah dan setiap tempat yang terhindar dari sesuatu yang mengalihkan pandangan, serta tempat yang membuat hati sunyi dari sesuatu yang mengagetkannya agar ia tidak disibukkan olehnya ataupun terfokus kepadanya, sehingga menghalanginya untuk menghafal ...Seseorang tidak dianjurkan menghafal di hadapan tanaman dan sesuatu yang berwarna hijau, tidak juga di tepi sungai, tidak juga di tengah jalan, karena biasanya tempat seperti ini tidak dapat menghilangkan sesuatu yang menghalangi hati dari rasa sunyi dan kejernihan pikiran.
Peringatan:
Ada baiknya kamu tidak menghafal di sisi cermin, tujuannya agar pikiranmu tidak bercabang ketika menghafal, karena sesungguhnya setan akan menyibukkan kamu dengan selalu memandanginya dan memecah pikiranmu hingga ia dapat memalingkanmu dari menghafal al-Quran. Akan tetapi, ada baiknya jika kamu mengambil manfaat dari cermin ini ketika mempelajari Makharijul Huruf (tempat keluarnya huruf hijaiyyah) dan sifat-sifatnya. Yaitu dengan cara melihat ke cermin, ketika kamu ingin membenarkan ucapanmu terhadap makharijul huruf, hingga kamu dapat melihat gerakan kedua bibir dan tempat-tempat lisan ketika mengucapkan huruf. Hal ini dikarenakan cermin memiliki peran yang tidak dapat diremehkan dalam hal memperhatikan detail keluarnya huruf dari tempat-tempatnya.
Kaedah Ke-5
Irama dan Bacaan Yang Baik dengan Memperdengarkan Suara dapat Memantapkan Ayat-ayat dalam Ingatan
Al-Quran al-Karim memiliki berbagai keistimewaan, di antara keistimewaan dari segi suara yang merupakan pembeda antara al-Quran dengan bahasa Arab adalah:
1. Melebihkan kadar irama dalam mengucapkan huruf nun dan mim yang bertasydid dan ketika idgham dan ikhfa’ .
2. Melebihkan kadar mad (bacaan panjang) pada tempat-tempat yang telah diketahui.
3. Irama asli yang mengalir dari lisan pembaca tergantung dari tingkat keilmuannya.
Al-Zubair ibn Bakkar berkata: Ayahku pernah mengunjungiku ketika aku sedang memikirkan sebuah buku dan aku tidak membacanya dengan keras, aku merenunginya hanyalah antara aku dan diriku, lalu ayahku berkata kepadaku: Sesungguhnya yang kamu dapati dari renunganmu ini hanyalah bacaan yang membuat matamu mendatangi hatimu, maka jika kamu ingin merenungi bacaan, hendaklah kamu melihatnya dan keraskanlah bacaanmu, karena kamu akan mendapatkan bacaan yang membuat matamu mendatangi hatimu dan sesuatu yang membuat pendengaranmu mendatangi hatimu
Abu Hilal al-‘Askari berkata:
pelajaran yang dapat membantu jalan kefasihan dan mengharuskan seorang pelajar mengeraskan suaranya, maka kefasihannya itu akan Sebaiknya seorang pelajar mengeraskan suaranya ketika belajar, agar dapat didengar oleh dirinya sendiri, karena bacaan yang didengar oleh telinga akan meresap ke dalam hati, oleh karena itulah seseorang biasanya lebih dapat menghafal sesuatu yang didengarnya daripada sesuatu yang dibacanya. Jika yang dipelajarinya itu termasuk bertambah.
Kaedah Ke-6
Cukup Menggunakan Satu Mushaf dengan Satu Bentuk Cetakan
jika telah menghafal dengan satu mushaf tertentu, maka janganlah kamu merubah mushaf dengan cetakan yang biasa kamu gunakan dalam menghafal, tujuannya agar kamu posisi beberapa ayat tidak membingungkan ingatanmu. Hal ini dikarenakan gambaran tempat-tempat ayat biasanya telah terpatri di dalam hati berdasarkan halamannya.
Kaedah Ke-7
Membenarkan Bacaan Lebih Didahulukan Daripada Menghafal
Sebelum kamu menghafal surat tertentu, kamu harus membetulkan bacaanmu terlebih dahulu terhadap surat tersebut. Pembenaran ini mencakup pembenaran harakat, makharijul huruf dan sifat-sifat huruf dan hal ini tidak bisa dilakukan sendirian, melainkan harus dibantu oleh seorang guru yang mumpuni, karena al-Quran tidak dapat dipelajari kecuali dengan cara menerima dari guru-guru yang sebelumnya juga menerima dari guru-guru mereka hingga bersambung silsilahnya sampai ke Rasulullah saw. Namun jika kesulitan mendapatkan seorang guru, maka dengan menggunakan kaset-kaset yang baik dari para qari yang berkualitas kadang-kadang dapat menambal beberapa kekurangan, namun bukan berarti menjadikannya sebagai pedoman utama dalam menghafal keseluruhannya.
Metode ideal dalam menghafalkan al-Quran bagi orang-orang yang tidak bisa berbahasa Arab
Sesungguhnya cara terbaik bagi mereka yang tidak bisa berbahasa Arab adalah dengan melalui beberapa tahapan, sebagai berikut:
1. Hendaklah mereka mempelajari huruf dengan cara mengeja sebelum membaca al-Quran dimulai dari huruf alif, ba’ dan seterusnya. Pada tahapan ini, sedapat mungkin berpedoman pada kitab al- Qaidah al-Baghdadiyyah . Hendaklah huruf-huruf tersebut didiktekan kepada mereka hingga mereka mampu mengucapkannya dan mengetahuinya dengan baik.
2. Kemudian mereka beralih ke tahapan kedua, yaitu dari pengenalan huruf-huruf secara parsial menuju pengenalan beberapa kata dan kalimat, kemudian pembenaran bacaan al-Quran dengan cara melihat ke mushaf demi memantapkan bacaan huruf dan harakatnya dimulai dari surat-surat pendek.
Kaedah Ke-8
Proses Pengulangan Dapat Menjaga Hafalan Baru dari Terlepas dan Hilang
Sesungguhnya masing-masing orang berbeda-beda dalam hal kekuatan hafalannya; di antara mereka ada yang hafalannya masih tetap kuat sekalipun hanya sedikit mengulang-ulanginya dan di antara mereka ada yang tidak dapat menghafal kecuali setelah sering mengulang-ulang.
Pengulangan terdiri dari dua macam, yaitu:
1. Pengulangan dalam arti menjalankan hafalan secara tersembunyi di dalam hati.
Hal ini dilakukan ketika seseorang menjalankan hafalannya di siang hari, misalnya, pada ingatannya sebelum tidur tanpa melafalkannya, karena hafalannya ini, di sela-sela menjalankannya, telah memantapkan gambaran ayat yang dihafal dan tempat-tempatnya serta bentuk umum ayat yang telah dihafalnya, sebagaimana telah aku jelaskan sebelumnya.
2. Pengulangan dengan mengeraskan suara dan membaca ayat yang telah dihafal secara lengkap.
Sebaiknya bagi orang yang menginginkan memiliki hafalan yang kuat dan mumpuni agar sering mengulang-ulang dengan suara yang dapat didengar dan tidak hanya merasa cukup dengan sekali atau dua kali pengulangan, sekalipun ia tergolong orang yang cerdas.
Kaedah Ke-9
Hafalan Harian Secara Teratur Lebih Baik Daripada Hafalan yang Terputus-Putus
Sesungguhnya mewajibkan jiwa untuk selalu melakukan sesuatu pada mulanya merupakan kesulitan baginya dan di antara perbuatan yang tidak disukai oleh jiwa untuk selalu melakukannya adalah menghafal. Karena sesungguhnya mayoritas murid lari dari beberapa pelajaran atau materi khusus yang sering dihafalnya, padahal mereka mengetahui bahwa jika seseorang membiasakan otaknya untuk menghafal, maka ia akan terbiasa dan terlatih, bahkan ia akan menyukainya.
Beberapa kaedah penting dalam menghafal al-Quran al-Karim
Hendaklah kamu selalu membiasakan diri menghafal setiap hari, misalkan kamu mengkhususkan satu target yang tidak akan kamu kurangi, maka jika kamu secara rutin melakukan hal itu selama beberapa hari dan kamu mampu mengusir godaan setan dan sifat malas, maka kamu akan terlatih dalam proses menghafal dan hafalan akan menjadi bagian hidupmu setiap harinya bagaikan makanan dan minuman.
Di antara susunan proses menghafal adalah tidak menghafal di waktu jenuh dan gelisah, jika kamu merasakan kejenuhan, maka kamu harus meninggalkan hafalanmu dan kamu berpaling ke hal-hal yang dapat membuat jiwamu kembali membaik. Oleh karena itulah, hendaklah kamu mengambil sebagian waktumu untuk beristirahat dan menikmati hal-hal yang diperbolehkan atau membaca beberapa cerita, anekdot dan syair, karena hal itu akan mendatangkan faedah dan hikmah, bahkan di sela-sela menikmatinya, rasa jenuh akan sirna dari jiwamu.
Kaedah Ke-10
Menghafal Dengan Cara Perlahan, Tenang dan Pasti Lebih Baik Daripada Menghafal dengan Cara Cepat Dan Tergesa-Gesa
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan,
terbukti bahwa beberapa ayat yang dihafal oleh seseorang dengan kosentrasi penuh, perlahan dan tenang, serta ia mengulanginya berkali-kali sebelum menetapkan bahwa dirinya telah menghafalnya, maka hafalannya ini jauh lebih kuat dari yang lainnya. Bahkan beberapa penghafal merasa bahwa diri mereka telah mumpuni dalam menghafal beberapa surat lebih banyak daripada lainnya, hal ini dikarenakan mereka telah mengerahkan jerih payah yang terfokus dan dibangun di atas kaedah- kaedah yang benar dalam menghafalkannya.
Kaedah Ke-11
Memkosentrasikan Diri Untuk Memperhatikan Ayat-Ayat Yang Mirip Dapat Terhindar dari Kekaburan Dalam Hafalan
Cara terbaik untuk mengalahkan rintangan ini adalah dengan meminta guru/teman ngafalmu yang berpengalaman yang kamu pilih untuk menunjukkan beberapa ayat yang memiliki kemiripan ditengah proses menghafal dan ketika kamu sampai pada ayat yang memiliki kemiripan dengan ayat serupa di tempat lain.
Kaedah Ke-12
Memfokuskan Pandangan Kepada Bentuk Ayat Di Dalam Mushaf Ketika Menghafal
Pandangan merupakan alat dasar yang dijadikan pedoman dalam proses menghafal, oleh karena itulah diperlukan adanya pengarahan tambahan untuk memperhatikan pola-pola memandang ketika menghafal.
Pada fase pertama dalam proses menghafal, sebaiknya pandanganmu benar-benar tertuju pada halaman yang ingin kamu hafalkan dan ayat-ayat yang memenuhi halaman tersebut memenuhi kedua matamu serta memperlama dalam memandang, tentunya disertai dengan suara. Karena memandang secara terus-menerus menyebabkan posisi ayat tergambar di dalam halaman hatimu dan terukir di dalam kaset ingatanmu, sehingga setelah beberapa tahun ketika kamu ditanya mengenai satu
Kaedah Ke-13
Mempraktekkan Hafalan Dan Bacaan Dalam Amal Perbuatan Serta Selalu Menjalankan Ketaatan Dan Meninggalkan Segala Kemaksiatan
Selalu menjalankan ketaatan dapat menerangi hati dan membangkitkan rasa tenang, untuk selanjutnya mendatangkan kejernihan pikiran dan mempersiapkannya untuk menghafal, berbeda dengan hati yang digelapi oleh kemaksiatan, karena sesungguhnya Allah mengazab orang yang melakukan kemaksiatan dengan mencabut kenikmatan ilmu dan hafalan.
Diriwayatkan bahwa Abdullah ibn Mas’ud ra pernah berkata: Sesungguhnya aku telah mengira bahwa seseorang yang melupakan ilmunya yangtelah dipelajarinya disebabkan karena dosa yang dilakukannya.
Sufyan al-Tsauri berkata:
Ilmu membisikkan untuk diamalkan, jika bisikannya ini dipenuhi, maka ia akan menetap, namun jika tidak, maka ia akan pergi.
Kaedah Ke-14
Muraja’ah yang teratur dapat memantapkan hafalan
Sesungguhnya memuraja’ah hafalan tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan proses menghafal. Sebagaimana kita selalu menghafal dengan penuh perhatian, maka demikian halnya kita juga sebaiknya selalu memuraja’ah , bahkan ia menempati perhatian yang lebih diutamakan.
Sesungguhnya fase muraja’ah , menurut pendapatku, jauh lebih penting daripada fase menghafal. Hal ini dikarenakan menghafal merupakan hal yang mudah dan ringan bagi jiwa manusia, seseorang akan rindu untuk menghafal dan ia akan sedikit lebih giat untuk melakukannya daripada hal-hal lain yang disukainya. Berbeda halnya dengan me muraja’ah yang merupakan pekerjaan berat bagi jiwa manusia, ia membutuhkan perjuangan, kesabaran, keteguhan dan kontinuitas, terutama pada fase pertama dalam rangka memantapkan hafalan.
Kaedah Ke-15
Pemahaman Yang Menyeluruh Menyebabkan Hafalan yang Sempurna
Di antara kaedah-kaedah penting adalah pemahaman seseorang terhadap sesuatu yang dihafalnya sesuai dengan kadar kemam- puannya, namun apakah kaedah ini berlaku umum ?insya Allah akan dijelaskan.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa anak kecil dapat menghafal tanpa memahami, demikian pula orang non-Arab, aku pernah menjumpai orang yang dapat menghafalkan al-Quran secara utuh, namun ia tidak dapat berbicara dengan bahasa Arab, jika kamu menanyakannya tentang arti satu kata, maka ia tidak dapat menjawabnya. Atas dasar inilah, maka kaedah pemahaman ini tidak berlaku umum bagi semua kondisi, oleh karenanya, sebaiknya kita membedakan antara anak kecil dengan orang dewasa.
Yang dimaksud dengan pemahaman adalah mengerti sesuatu yang telah kamu hafal dengan cara kamu dapat menggambarkan peristiwa-peristiwa terpenting, jika kamu melewati satu kata yang samar, maka merujuklah ke tafsir muyassar (ringkas) untuk memahaminya, karena ketika itu, kata ini akan meresap ke hatimu dan dapat membantumu untuk dapat mengulang-ulang beberapa ayat dilain kesempatan setelah itu, dengan izin Allah SWT.
Beda halnya dengan anak kecil, ia tidak membutuhkan untuk mengenal makna setiap yang dihafalnya, karena otaknya tidak dapat mengerti kebanyakan makna yang terkandung di dalam beberapa ayat, namun bolehlah makna tersebut dijelaskan kepadanya dengan cara yang sederhana, tetapi tidak menjelaskan makna hakiki dari ayat tersebut, bahkan bisa jadi ia akan memahami satu makna dengan cara yang tidak benar dan kemudian kesalahan ini meresap ke otaknya, sehingga sulit untuk dihilangkan.
Walaupun demikian, ada juga satu kondisi yang dikeculikan dari keumuman kaedah ini. Yaitu, jika seorang anak kecil terhenti untuk menghafal atau ia merasa kesulitan untuk menghafalkan satu ayat, maka sedapat mungkin, kita menjelaskan kepadanya makn sebagian kata dengan sangat ringkas dan bisa juga dengan menceritakan kisah yang bekenaan dengan ayat tersebut.
Kaedah Ke-16
Kekuatan Motivasi Dan Kebenaran Keinginan Untuk Menghafal Al-Quran
Seandainya kita bertanya- tanya, motivasi apa yang dapat menggerakkan seorang muslim untuk menghafal al-Quran al-Karim?
Dapat kita jawab secara ringkas bahwa motivasi
yang melahirkan rasa gemar menghafal adalah sebagai
berikut:
1. Pahala dan derajat yang tinggi di surga.
2. Berlomba-lomba, hal ini terjadi pada orang- orang yang sedang mengadakan kompetisi dalam menghafal al-Quran.
3. Pengetahuan seorang hafidz akan nilai ayat yang dihafalnya, setahap demi setahap, penilaian ini terjadi pada tingkat hafalannya dan perasaannya bahwa ia telah berpindah dari sesuatu yang tidak ada manfaatnya kepada sesuatu yang menghasilkan dan dapat dihafal. Inilah motivasi yang efektif yang memiliki andil dalam meninggikan derajat dan tidak diragukan lagi akan pentingnya peran seorang guru yang mau mendengarkan hafalanmu dari sisi ini, sebagaimana telah aku jelaskan sebelumnya.
4. Sengaja menghafal dan membatasi tujuan hanya
untuk menghafal.
Kaedah Ke-17
Berlindung Kepada Allah Melalui Doa, Zikir Dan Meminta Pertolongan Dari-Nya
Yang sering menimpa para penuntut ilmu adalah kelesuan sesaat di tengah-tengah menghafal dikarenakan adanya faktor luar yang menghalanginya dan hal ini banyak terjadi saat ini, padahal pengetahuannya mengenai kaedah-kaedah yang telah disebutkan dan pola-pola menghafal al-Quran sudah cukup memadai, namun ia melihat dirinya tidak dapat menerima al-Quran al-Karim.
Oleh karena itulah, tidak ada obat yang paling utama untuk kondisi semacam ini selain berlindung kepada Allah dan berdiri di hadapan-Nya, merendahkan diri di mihrab ketaatan-Nya dan berbelok kepada-Nya pada waktu-waktu yang disukai, yaitu waktu sahur, karena sesungguhnya Allah tidak akan menolak permintaan yang benar yang ditujukan kepada-Nya.
Tidak ada komentar